Ini adalah kisah nyata dari daerah Bekasi, Jawa Barat.
Seorang
lelaki bernama Haris (ketika ditanyai tidak mau memakai nama aslinya –
Red.) adalah dahulunya seorang pemuda yang jarang sekali sholat
berjamaah di masjid. Ia ke masjid hanya untuk sholat Jumat atau sholat
di Hari Raya Islam.
Malah dia dulu hidup identik dengan julukan
‘Playboy’. Setiap tahun dia gonta-ganti pacar. Dia juga dahulu bermain
musik (drummer). Tidak pula memperhatikan sunah Rasul. Padahal dia
adalah anak Pak Haji dan Ketua Dewan Kemakmuran Masjid di perumahannya.
Baru ketika dia kuliah, hidayah Allah menggiringnya untuk melakukan
sholat Dzuhur berjamaah di masjid kampusnya.
Setelah selesai sholat, ada tausiah yang didengar Haris. Pemberi tausiyah itu menyebutkan hadits Rasulullah SAW: “Sesungguhnya
sholat yang paling berat bagi orang munafik adalah shalat Isya dan
shalat Subuh. Sekiranya mereka mengetahui apa yang terkandung di
dalamnya, niscaya mereka akan mendatangi keduanya sekalipun dengan
merangkak.” (Shahih Muslim, V/160)
Sejak saat itulah
Haris mulai memikirkan apa yang sebenarnya terkandung di dalamnya
sampai-sampai Rasulullah bersabda manusia akan mendatanginya meskipun
dengan merangkak. Haris pun mulai melaksanakan sholat Isya berjamaah di
masjid malam harinya, dan dilanjutkan dengan Subuh berjamaah di masjid
dekat rumahnya untuk mencoba merasakan apa yang sebenarnya dimaksud
Nabi.
Selalu Lolos dari Kecelakaan
Haris
saat itu masih kuliah di jurusan Sastra Inggris. Setiap kali setelah dia
pulang kuliah, dia mengajar les privat bahasa Inggris baik ke anak-anak
kecil maupun orang dewasa. Hampir lulus kuliah S1, dia sudah ditawarkan
pekerjaan lewat telepon oleh sebuah perusahaan media untuk menjadi
reporter. Haris mulai merenungkan apakah ini yang dimaksud manfaat dari
sholat Isya dan Subuh berjamaah di masjid, rezeki begitu mudah diraih
tanpa susah-susah melamar sedangkan banyak temannya yang melamar ke
mana-mana tapi tidak diterima.
Akhirnya Haris lulus kuliah dan
sempat menjadi wartawan di perusahaan tersebut. Tetapi pekerjaan menjadi
reporter sangat tidak mengenal waktu. Hari Sabtu dan Minggu harus
siap-siap dipanggil kerja. Pulang selalu malam. Haris jadi jarang sholat
Isya di masjid. Subuh-subuh harus sudah berangkat ke kantor kalau tidak
mau telat. Sejak itu pula dia mulai meninggalkan kebiasaannya
mendengarkan dan bermain musik, berpacaran, dsb. Semuanya begitu
melelahkan dan tidak cocok untuk jiwa Haris yang terbiasa mengajar.
Kalau sudah kelelahan, dia sering mengantuk di motor.
Beruntung
Allah saat itu masih menjaganya walau Haris mulai labil dalam
melaksanakan sholat berjamaah di masjid karena pekerjaannya itu. Allah
sedang mengujinya. Harris pun keluar kerja agar tidak terlalu lelah,
bisa berjamaah di masjid, dan berniat memulai usaha sendiri. Baru mau
memulai usaha, lagi-lagi Allah sudah menjamin rizkinya sebelum dia
berdagang.
Dia mendapat order menerjemahkan buku luar negeri dari
sebuah penerbit yang hasilnya bisa membuat dia bertahan beberapa bulan
sampai dia mendapat pekerjaaan tetap lainnya. Bekerja dari rumah membuat
Haris makin rajin sholat berjamah di masjid. Dia mulai merasakan
perubahan ke arah yang lebih baik dibanding dengan ketika dulu ia jarang
sholat berjamaah di masjid.
Ditinggikan Derajatnya oleh Allah
Allah memuliakan orang yang mendatangi masjid. “Barangsiapa
berwudhu di rumahnya kemudian dia mendatangi masjid, maka dia sebagai
orang yang mengunjungi Allah, dan merupakan kewajiban bagi yang
dikunjungi untuk memuliakan pengunjung-Nya.” (HR. Thabrani, VI/253, nomor 6139 dan 6145).
Haris
tetap sabar dan tekun terhadap terjemahannya. Malah dia berpikir dan
bersyukur masih diberi rezeki dan anugerah menerjemahkan buku seperti
itu. Berkat kesabaran dan rasa syukurnya, Allah kembali memberinya
pekerjaan tetap dalam waktu dekat. Kali ini dia bekerja sebagai guru di
sebuah sekolah internasional, sebagai guru Bahasa Inggris. Lokasi kerja
Haris cukup jauh dari rumahnya. Tapi dia menjalankannya dengan senang
dan semangat, karena cocok dengan jiwanya. Dia juga masih bisa
menjalankan sholat Isya dan Subuh berjamaah di masjid.
Haris mulai
merasakan inilah yang dimaksud Allah lewat sabda Nabi tadi. Banyak
manfaat yang terkandung di dalam sholat Isya dan Subuh berjamaah di
masjid: Bagi Haris, mendapat royalti pahala karena mengajarkan
ilmu-ilmunya adalah suatu balasan dari Allah yang sangat baik.
Meskipun
bekerja dengan senang hati dan penuh semangat, tidak berarti Haris
tidak pernah kelelahan. Karena lokasinya yang jauh, setiap kali pulang
kerja Haris lagi-lagi selalu mengantuk di motor. Sudah lebih dari tiga
kali dia hampir mengalami kecelakaan motor. “Dan (dirikanlah pula solat Subuh). Sesungguhnya solat Subuh itu disaksikan (oleh malaikat)”. (QS Al Isra: 78 ).
Dia
bercerita, kala itu, karena tertidur di motor, dia hampir menabrak
pembatas antara jalan raya biasa dan jalur mau masuk ke tol. Beruntung
Allah mengirimkan malaikat-Nya untuk membelokkan motornya ke jalan yang
benar. Di waktu lain, dia juga pernah mengendarai motor sambil tidur dan
mengarahkan motornya ke arah yang berlawanan. Untung kendaraan yang
berlawanan tidak menabraknya dan Allah segera membangunkannya. “…
Dan seseorang yang berangkat ke masjid, dia akan selalu berada dalam
jaminan Allah sehingga Dia mewafatkannya lalu memasukannya ke surga atau
menyerahkan kepadanya pahala dan ghanimah yang diperolehnya. …” (Shahih Sunan Abi Dawud, II/473)
Kisah
lainnya yang masih dia ingat adalah ketika dia tidak mengantuk, tapi
dia malah ditabrak dari samping oleh pengendara motor yang arogan. Allah
menjamin keselamatannya karena Haris melakukan sholat Subuh berjamaah
di masjid pada hari itu. Dia tidak terjatuh sedikit pun melainkan
penabraknya yang luka-luka.
Dari Jundab bin Abdullah ra., dia bercerita, Rasulullah saw bersabda:“Barangsiapa mengerjakan sholat subuh, maka dia akan selalu berada dalam jaminan Allah.” (Syarhu an-Nawawi ‘alaa Shahih Muslim, V/164).
Sekarang
Haris sudah menjadi Wakil Kepala Sekolah di tempatnya bekerja. Saat
Haris ditawarkan posisi menjadi Wakil Kepala Sekolah, umur Haris saat
itu baru 24 tahun dan dia baru bekerja di situ dua tahun! Maha Besar
Allah lagi Maha Penyayang.
Mari kita semua berdoa agar
diberi hidayah oleh-Nya, diberi rizki dari-Nya, diberi kemudahan untuk
melangkahkan kaki ke masjid, dan bisa mengajak orang lain untuk
melaksanakan sholat berjamaah di masjid.
Nabi Nuh tidak
mampu memberikan petunjuk kepada putranya, Kan’am; Ibrahim tidak kuasa
memberikan hidayah dalam hati ayahnya; dan Rasulullah tidak sanggup
memberikan hidayah kepada pamannya, Abu Thalib. Maka tugas kita semua
adalah memohon petunjuk kepada Allah. Dia berfirman, “Maka mintalah
hidayah kepada-Ku, niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah.” Siapa
saja yang meminta hidayah kepada Allah, Dia akan memberinya hidayah.
Hidayah ini meliputi hidayah ilmu dan hidayah taufik. Berapa banyak
waktu terbuang untuk bermain di depan komputer? Sedangkan kita sulit
sekali meluangkan waktu beberapa menit saja untuk melangkahkan kaki ke
masjid padahal melangkahkan kaki ke masjid satu langkahnya menghapus
dosa dan langkah lainnya mengangkat derajat.
“Tidaklah
seseorang bersuci lalu dia melakukannya dengan sebaik-baiknya kemudian
dia berangkat menuju ke salah satu masjid melainkan Allah telah
menetapkan baginya kebaikan bagi setiap langkah yang diayunkannya,
dengannya Dia akan meninggikan dirinya satu derajat, serta menghapuskan
darinya satu kesalahan…” (HR. Muslim, nomor 654).
Share dari :
https://id-id.facebook.com/notes/sholat-subuh-berjamaah-di-masjid/kisah-nyata-selalu-lolos-dari-kecelakaan-derajatnya-ditinggikan-allah/10150355248806498
Tidak ada komentar:
Posting Komentar