Selasa, 07 Oktober 2014

Hakikat Melaksanakan Shalat (Tafsir Tematik Surah Al-Baqarah ayat 3)

Sumber web :http://sepdhani.wordpress.com/2014/08/10/tafsir-tematik-surah-al-baqarah-ayat-3-hakikat-melaksanakan-shalat/

Allah Ta’ala berfirman:

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ

(yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. (al-Baqarah: 3)

Tafsir Jalalain

الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ : orang-orang yang membenarkan

بِالْغَيْبِ : sesuatu yang tidak terlihat oleh mereka, seperti hari kebangkitan, surga, dan neraka

وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ : artinya melakukan shalat sebagaimana mestinya

وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ : apa yang Kami anugerahkan kepada mereka sebagai rezeki

يُنْفِقُونَ : mereka membelanjakannya di jalan ketaatan kepada Allah



Tafsir Ibnu Katsir

Yang dimaksud dengan “melaksanakan shalat”, adalah mendirikan shalat dengan menunaikan fardhu-fardhunya. Ad-Dhahak berkata, dari lbnu Abbas r.a, yang dimaksud dengan “melaksanakan shalat” adalah sempurna ruku’, sujud, bacaan, kekhusyu’an dan sempurnanya menghadap kiblat.


Qatadah berkata, yang dimaksud “melaksanakan shalat” adalah menjaga waktu-waktunya, wudhunya, ruku’nya dan sujudnya. Muqatil bin Hayyan berkata, “melaksanakan shalat” adalah menjaga waktu-waktunya, menyempurnakan wudhunya, bacaan Al-Quran, tasyahud dan shalawat kepada nabi Saw., inilah yang dimaksud dengan melaksanakan atau mendirikan shalat.

Ibnu Katsir berkata, dalam banyak ayat Al-Quran, sering kali Allah Swt menyandingkan shalat dan infak di dalamnya, hal itu tiada lain karena shalat semata-mata adalah hak Allah dan representasi seorang hamba untuk beribadah kepada-Nya, ia termasuk kepada bentuk pengesaan dan sanjungan seorang hamba terhadap-Nya, pengagungan dan penghambaan hamba kepada-Nya, doa dan tawakal seorang hamba kepada-Nya.

Sedangkan infak adalah representasi kebaikan terhadap sesama makhluk dengan memberikan manfaat kepada mereka sebisa mungkin, dan orang-orang yang lebih prioritas untuk mendapatkannya adalah kerabat, keluarga, hamba sahaya kemudian orang asing.

Pengertian shalat di kalangan orang-orang arab maknanya adalah doa, kemudian shalat digunakan dalam pengertian syari’at yang berarti adanya ruku’, sujud dan gerakan-gerakan lain di waktu yang sudah ditentukan, dengan syarat yang harus dipenuhi, begitu juga sifat dan macam-macamnya.

Imam At-Thabari berpendapat bahwa orang yang melaksanakan shalat fardhu menjadi terbuka segala permintaan dari amalan-amalannya yang kemudian dibalas pahala oleh Allah Swt, bahkan seiring dengan itu, tidak hanya terbukanya kebutuhan yang diminta kepada Allah tapi juga terbukanya kemungkinan dikabulkannya segala kebutuhan dan permintaan seseorang yang berdoa di saat melaksanakan shalat.

(Ibnu Katsir, Tafsirul Qurani’l Azimi, jilid 1, 1421 H/2000 M: 269-271).



Riyadhus Shalihin

Dari Abu Hurairah r.a, dari Rasulullah Saw, beliau bersabda,

“Sebaik-baik kehidupan manusia adalah seorang laki-laki yang memegang kendali kudanya dan bergegas untuk berjuang di jalan Allah. Setiap kali mendengar suara musuh yang menakutkan atau sangat mengerikan, ia melompat ke atas punggung kudanya untuk mengharapkan kematian. Atau seorang laki-laki yang berada dalam kumpulan kambing yang berada di puncak gunung atau berada di pedalaman lembah ini, ia mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan beribadah kepada Rabbnya sampai menemui aialnya; tidaklah ia menjadi manusia kecuali dalam kebaikan.”

(HR Muslim) [Faisal bin Abdul 'Aziz Ali Mubarak, Tatrizu Riyadis Salihina, Juz 'l , t.t.: 408)]



Hadits Nabawi

Mu’adz bin Jabal r.a. berkata, saya pernah bersama Nabi Saw. dalam suatu perjalanan. Suatu pagi, saya berada dekat dengan beliau, saya berkata, “Wahai Rasulullah, kabarkanlah kepadaku tentang suatu amal yang akan memasukkanku ke dalam surga dan menjauhkanku dari neraka.” Beliau menjawab,

“Kamu telah menanyakan kepadaku tentang perkara yang besar, kendati sungguh ia merupakan perkara ringan bagi orang yang telah Allah jadikan ringan baginya, amalan itu adalah kamu beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun, kamu mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadan, kemudian berhaji ke Baitullah” Lantas beliau bersabda, “Maukah kamu aku tunjukkan pada pintu-pintu kebaikan? Amalan itu adalah puasa, puasa adalah perisai, sedekah akan menghapuskan kesalahan sebagaimana air memadamkan api, dan shalat seorang laki-laki pada pertengahan malam.” Lantas beliau bersabda lagi, “Maukah kamu aku tunjukkan pokok agama, tiangnya, dan puncaknya?” Aku menjawab, “Ya, wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Pokok agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat, sedangkan puncaknya adalah jihad.”

(HR At- Tirmidzi, Sunan At-Tirmidzi, juz 5, No. Hadits, 2616, 1397 H/1977 M: 11-12).



Hadits Qudsi

Dari ‘Uqbah bin Amir r.a, dia berkata, saya pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda,

“Tuhan kalian telah kagum terhadap seorang diantara kalian yang mengumandangkan azan di atas bukit, kemudian dia melaksanakan shalat. Lantas Allah Swt. berfirman kepada segenap makhluk-Nya, “Lihatlah hamba-Ku ini, dia mengumandangkan azan untuk shalat, lalu mendirikan shalat itu dan merasa takut kepada-Ku. Sungguh Aku telah mengampuni dosa hamba-Ku itu dan Aku akan memasukkannya ke dalam surga-Ku.”

(HR Abu Daud) ['Isamuddin As-Sababati, Jamiu'l Ahadisi'l Qudsiyyati, Juz 1, t.t: 191]

*****

Referensi: Al-Quran Cordoba THE AMAZING: 33 Tuntunan Al-Quran Untuk Hidup Anda, penerbit Cordoba Internasional-Indonesia, Bandung, 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar