Selasa, 29 Maret 2016

KISAH TUKANG SOL SEPATU

KISAH TUKANG SOL SEPATU YANG MENDAPAT PAHALA HAJI MABRUR

Diceritakan, suatu hari ketika Hasan al-Basri berada di Masjidil Haram dalam suasana haji, ia bermimpi. Dalam mimpinya ia melihat dua Malaikat sedang membicarakan haji. Diantara mereka mengatakan, banyak sekali orang menunaikan haji pada tahun ini, yang lain menjawab, tentu, karena jumlahnya 700 ribu orang.

Malaikat pertama mengatakan, tahukah kamu, berapa orang yang mendapat haji  mabrur? Malaikat kedua menjawab, hanya Allah yang tahu dan hanya sedikit saja,
karena haji mereka bersifat riya, ada yang keluarga dan tetangganya lebih memerlukan uang tapi tidak dibantu, dan dia relakan uangnya untuk haji, ada yang hajinya sudah berapa kali, tetapi orang di sekitarnya banyak yang sengsara, dan ada juga yang berangkat dengan hasil pekerjaan yang haram.

Malaikat pertama berkata, ada seseorang yang mendapatkan pahala haji mabrur sedang dia tidak mengerjakan haji. Malaikat kedua menjawab,siapa dia?  Malaikat kedua menjawab, Sa'id Bin Muhafah, tukang sol sepatu di kota Syria. Mendengar ucapan itu, Hasan al-Basri terbangun. Sepulang dari Makkah, ia langsung menuju kota Syria.

Sampai di sana ia langsung mencari tukang sol sepatu yang disebut Malaikat dalam mimpinya. Hampir semua tukang sol sepatu ditanya, dan akhirnya bertemu dengan Sa'id bin Muhafah.

Sejenak Hasan kebingungan, dari mana ia memulai pertanyaannya, akhirnya ia menceritakan perihal mimpinya. Sa'id mulai menjawab dengan bercerita pengalamannya.

Sa'id mengatakan : "Sejak puluhan tahun lalu saya sangat rindu Makkah, untuk menunaikan berhaji. Mulai saat itu setiap hari saya menyisihkan uang dari hasil kerja sebagai tukang sol sepatu. Sedikit demi sedikit uang saya kumpulkan. Sewaktu saya hendak berangkat, istri saya meminta saya untuk membelikan daging yang dia cium dari kejauhan. Saya cari sumber daging itu, ternyata berasal dari gubuk yang hampir runtuh, di situ ada seorang janda dan enam anaknya. Saya bilang padanya bahwa istri saya ingin daging yang ia masak, meskipun secuil.

Ia mengatakan tidak boleh, dan saya mengatakan dijual berapapun akan saya beli, dia tetap tidak menjualnya. Janda itu berkata, daging ini halal untuk kami dan haram untuk tuan. Kenapa tanyaku, karena daging ini adalah bangkai keledai, bagi kami daging ini adalah halal, kalau kami tidak memakannya  tentu kami akan mati kelaparan, jawabnya sambil menahan air mata. Mendengar ucapan tersebut saya menangis, lalu saya pulang dan saya ceritakan kejadian itu pada istri, diapun menangis, akhirnya uang bekal hajiku kuberikan semuanya untuk janda itu".

Mendengar cerita tersebut Hasan al-Basri tidak bisa menahan air mata, kalau begitu engkau memang pantas mendapatkan pahala haji mabrur karena kebaikan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar